Inilah Stasion Kereta Api Tanjung Priok yang diabadikan pada 1910. Pembangunannya hampir bersamaan dengan dibukanya pelabuhan Tanjung Priok (1885) menggantikan pelabuhan Sunda Kelapa di Pasar Ikan, Jakarta Utara. Pelabuhan yang belakangan ini sudah tidak dapat lagi menampung kapal-kapal samudera akibat lumpur yang mengendap di muara Ciliwung. Untuk jaringan perhubungan dengan Batavia, dibuatlah jalan kereta api yang menghubungkan Tanjung Priok – Jakarta Kota yang merupakan pusat perkantoran dan bisnis.
Di sekitar stasion kereta api lama, seperti terlihat dalam foto terdapat sejumlah perusahaan, yang kini sudah berubah fungsi menjadi terminal. Karena kegiatan bongkar muat yang makin meningkat, maka dibangunlah stasion KA baru pada 6 April 1925 yang hingga kini gedungnya masih tampak megah, sekalipun kegiatan perkeretaapian di stasion ini sudah terhenti. Pembukaan stasion baru itu, bersamaan dengan penggunaan pertama jalur kereta api listrik dari Meester Cornelis (Jatinegara) ke Tanjung Priok.
Ketika pemancangan tiang pertama stasion KA Tanjung Priok diadakan upacara penanaman dua kepala kerbau dengan pembacaan doa oleh kyai setempat. Sedangkan dagingnya dijadikan santapan kenduri oleh para pegawai. Kala itu bahkan hingga kini ada yang berpendapat bahwa ‘penanaman kepala kerbau’ saat membangun jembatan dan gedung merupakan suatu kemoestian.
Stasion KA Tanjung Priok merupakan stasion pertama yang monomental di Batavia dengan delapan jalur, yang kala itu melebihi stasion Beos di Jakarta Kota. Stasion Tanjung Priok yang dibangun oleh Holland Beton Maatchappij didatangi kereta dari berbagai jurusan. Dahulu, warga Eropa yang baru tiba di pelabuhan Tanjung Priok langsung naik kereta api menuju Weltevreden (Pasar Baru dan Senen) serta Meester Cornelis. Apabila kapal mendarat pada malam hari, mereka menginap di sebuah hotel yang merupakan bagian dari stasion.
Sampai 1960′an para pendatang dari daerah-daerah ke Jakarta umumnya mengunjungi pusat kota naik KA dari stasion Priok.Salah satu tempat hiburan di Priok adalah pantai Zandvoord (orang menyebutnya Sampur). Pantainya yang bening dan belum kena polusi, di hari-hari liburan banyak dikunjungi berbagai lapisan masyarakat. Mereka umumnya datang naik KA.
oleh : Alwi Shahab
Tidak ada komentar:
Posting Komentar